Disabilitas dalam Perspektif Islam
Oleh: Erfan Kurniawan (Ketua BEMP PLB FIP UNJ 2017-2018)
Disabilitas dalam perspektif Islam |
Pada hakikatnya, Allah menciptakan manusia dan seisi-Nya di
dunia ini tidak ada yang sia-sia. Seperti yang telah Allah katakan dalam
firman-Nya: "Yaa Rabb kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS.
Ali Imran: 191).
Berdasarkan Firman-Nya, maka sudah jelas bahwa manusia yang
ada di dunia ini sudah dapat dipastikan tidak ada yang sia-sia dalam penciptaan-Nya
termasuk disabilitas. Namun, pada kenyataannya tak sedikit yang mengira bahwa
memiliki keluarga yang 'cacat' atau 'tidak normal' merupakan aib atau terlihat
buruk bagi keluarga itu sendiri. Berdasarkan inilah saya akan mengulas apa itu
disabilitas? Bagaimana perspektif Islam terhadap Disabilitas?
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Disabilitas adalah
kondisi atau fungsi dari seorang individu yang dinilai secara signifikan
relatif terganggu dari standar biasa individu dari kelompok mereka. Terdapat
beberapa macam disabilitas, karena istilah atau konsep ini sering digunakan
untuk merujuk kepada fungsi individu, termasuk didalamnya adalah gangguan
fisik, gangguan sensorik, gangguan kognitif, gangguan intelektual, penyakit
mental, dan pelbagai jenis penyakit kronis.
Perspektif Islam terhadap disabilitas sudah dijelaskan dalam
kisah Abdullah bin Ummi Maktum di surat Abasa. Abdullah bin Ummi Maktum
merupakan salah satu sahabat Rasulullah yang termasuk dalam as-sabiqunal
awwalun (orang pertama yang masuk Islam). Allah karuniai Abdullah bin ummi
maktum dengan memiliki keterbatasan fisik yaitu hambatan penglihatan atau
tunanetra.
Dalam kisahnya, Abdullah bin Ummi Maktum mendatangi
Rasulullah untuk belajar tentang Ayat-ayat Al Qur'an. Sementara itu Rasulullah
sedang berdiskusi kepada kaum kafir Quraisy dengan harapan bahwa Islam dapat
diterima olehnya. Dengan kejadian ini, akhirnya Rasulullah menghiraukan
kedatangan Abdullah bin Ummi Maktum yang ingin belajar seperti yang
difirmankan: "Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. karena telah
datang seorang buta kepadanya." (QS. Abasa: 1-2). Setelah berdiskusi
kepada kaum kafir Quraisy, Rasulullah langsung pulang dan lupa akan kedatangan
Abdullah bin Ummi Maktum yang ingin belajar. Sehingga Allah menegur Rasulullah
melalui malaikat Jibril dengan membuat gelap mata dan kepala terasa sakit
seperti terkena pukul. Allah memfirmankan-Nya dalam Q.S Abasa ayat 3-16.
Islam mengajarkan untuk mencintai semua makhluk yang telah
diciptakan oleh-Nya termasuk disabilitas. Jika tidak, Allah akan menegur kita
seperti yang dilakukan Rasulullah walau sepenuhnya tidak salah. Namun, Allah
tetap menegur Rasulullah melalui perantara-Nya karena telah mengabaikan
Abdullah bin Ummi Maktum yang memiliki hambatan penglihatan atau tunanetra
untuk belajar.
Semua yang diciptakan oleh-Nya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Seperti Abdullah bin Ummi Maktum yang dikenal sebagai
muadzin sholat subuh, penghafal Alqur'an, dan prajurit tentara sejati. Semua
ini ia buktikan hingga masa akhir hayatnya.
Dalam perang Qadisiyah, Abdullah bin Ummi Maktum memiliki
peran yang penting dalam peperangan yaitu memegang panji bendera Islam. Menang
atau tidaknya perang pada saat itu ditandai dengan berdiri atau jatuhnya panji
bendera. Abdullah bin Ummi Maktum dalam syahidnya tetap memegang dan menegakkan
panji bendera Islam meski keringat, darah, bahkan nyawa harus dikorbankan demi
kejayaan Islam.
Inilah Disabilitas dalam perspektif Islam. Begitu pentingnya
peran disabilitas dalam sejarah dan peradaban Islam yang ada hingga saat ini.
Andaikan saja panji bendera Islam yang dipegang oleh Abdullah bin Ummi Maktum
jatuh, maka Islam mengalami kekalahan. Namun berkat kelebihan yang dimiliki
Abdullah bin Ummi Maktum, Islam mengalami kemenangan dalam perang Qadisiyah.
Oleh karena itu, hargailah setiap perbedaan yang ada. Allah
telah menciptakan manusia di dunia ini tidak ada yang sia-sia, semua yang
diciptakan-Nya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jangan ada yang
saling 'melabeli' atau bahkan menjelek-jelekan kekurangan yang dimiliki. Tetapi
bangunlah kekurangan itu untuk menjadi kelebihan dalam melampaui batas
kemampuan yang ada. Mari bersama bangun dunia ini menjadi lebih baik lagi
dengan mewujudkan masyarakat inklusi yang harmonis. Seperti yang Allah katakan
dalam firman-Nya:
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara." (QS Ali Imran:103)
Salam harmoni👋
Komentar
Posting Komentar